“Saya terkesan ketika berjalan di sungai penuh bebatuan. Ini kunci menuju sukses berjalan kaki penuh halangan dan rintangan. Saya berpikir kunci menuju sukses adalah ketika berjalan ditempat yang penuh bebatuan, rintangan dan masing-masing dari kita bahu membahu saling membantu dalam mencapai tujuan dan mengatasi rintangan tersebut ”(Rianto, OB di PT Panca Prima)
Pernyataan ini mungkin sudah sering kita dengar karena sudah banyak orang bijak, motivator, orang terkenal, pengarang menyampaikan hal ini berdasarakan pengalaman dan apa yang mereka hadapi dalam hidupnya. Saya mengambil kutipan ini dari seorang anak Office boy di kantorku Rianto namanya. Rianto masih muda sekitar 19 tahun dan baru bergabung juga disini sekitar 6 bulan. Dia bukan anak yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, SD saja tidak tamat namun saya kagum dengan pemikirannya saat memaknai salah satu kegiatan outbound yaitu menyusuri sungai di hutan Eagle Hill, mega mendung dimana kami menyusuri dari lokasi bawah menuju kearah puncak gunung. Hambatannya adalah batu-batu di sungai cukup besar dan licin, beberapa tempat arusnya deras dan dasar sungai juga dalam, samping kiri-kanan sungai kayunya lebat dan kadang menutupi jalan. Kami berjalan berkelompok jadi kalau ingin lancar dalam perjalanan maka sesama anggota kelompok saling membantu melewati rintangan yang ada.
Saya cerita terlebih dahulu latar belakang office boy ini :
Rianto orangnya kalem, tidak banyak bersuara, sederhana dan jarang banget senyum namun cukup gesit apabila melakukan sesuatu. Saya coba selidiki lebih dalam lagi dan ternyata bahasa indonesianyapun masih kurang lancar, lebih sering menggunakan bahasa Jawa timur. Pendidikannya hanya sampai SD kelas 5 kalau dari data yang ada. Saat awal bergabung di kantor ini, saya agak sewot dengan anak OB satu ini, diminta copy file 10 kali eh malah di copy 2 kali dan susunanpun berantakan. Wah apakah saya yang salah instruksi yah? Beberapa pekerjaan yang saya minta dilakukan masih juga ada yang salah, akhirnya saya coba dengan memberikan instruksi yang lebih spesifik, langkah demi langkah, setelah itu barulah anak ini mengerti. Selama training Team Building berlangsung anak ini diam ketika diminta berbicara di depan umum dia menolak. Peserta yang lain sudah tahu bahwa dia kurang lancar berbahsa Indonesia dan saya akhirnya mencoba mendorong dengan memberikan penguatan kepadanya.Pada akhir sesi dia mampu berbicara memberikan pandanganya tentang kegiatan ini dan mulai membuka diri.
Ternyata apa yang dilihat secara fisik terlihat tidak dapat memberikan gambaran utuh tentang seseorang terbukti cara berpikir anak Rianto sang OB sangat dalam dan penuh makna. Dengan menggunakan wadah tulisan ternyata dia lebih lancar menyampaikan pandangannya. Apa yang disampaikan seperti dalam kutipan di atas menyadarkan saya bahwa kepribadian manusia begitu unik. Kita tidak dapat memberikan sterotipe, kesimpulan yang cepat tentang seseorang tanpa mendalami cara berpikirnya. Anak OB ini menyadarkan aku untuk tidak menganggap remeh seseorang hanya dari tampilan, pemahaman sekilas atau menilai surface tanpa mencoba menggali lebih dalam bagaimana kualitas berpikirnya. Lihat saja betapa bijaknya dan bermakna kata-kata Rianto dibalik tampilan fisik dan latar belakang sosialnya. Tks Rianto sudah memberikan insight baru untuk ku.
Jakarta, 11 Juli 2010
No comments:
Post a Comment