Sunday, November 30, 2014
Guru Favorit
Mengingat masa lalu dimasa sekolah dulu, jadi teringat guru-guru yang sudah memberikan ilmu dan membuatku menjadi sepErti ini. Dari sekian banyak guruku dari SD sampai perguruan tinggi, ada beberapa guru yang masih saya ingat dan menjadi guru favorit. Kesamaan dari guru-guru favorit ini adalah semuanya guru di jenjang pertama dari masa-masa pendidikan saya.
Pertama waktu SD, guru favorit saya adalah guru pertamaku yang secara formal mengajarkan saya mengenai huruf, angka dan membaca, menulis. Yah guru favoritku yang pertama adalah Guru SD kelas satu waktu saya bersekololah di SDK Poka, Ruteng. Dialah Ibu Len kami memanggilnya. Ibu Len tidak saja mengjarkan kami tentang huruf, angka, menulis, membaca namun juga mengajarkan hal-hal lain misalnya tentang kebersihan. Saya masih ingat ketika masuk kelas yang pertama di cek adalah kuku tangan. Tentu saja sebagai anak yang lahir di kampung dan sehari-hari bermainnya dengan tanah, kayu maka kuku menjadi panjang dan hitam ujungnya. Nah ketika kuku panjang dan hitam maka bu Len akan mengambil penggaris dan mengetuk jari tangan kami yang hitam he he. Dulu siih rasanya sakit tetapi ada gunanya. Salah satu yang masih saya ingat juga Bu Len juga akan mengecek kami semua khususnya yang laki-laki dan apabila terlihat kucel dan banyak rawok(bhs manggarai artinya dekil) maka bu Len akan membawa kami di depan sekolah dan meminta kami mandi semua di depan sekolah bahkan saking jarang mandi bu Len membantu menggosok daki di badan. Waktu itu air depan sekolah lumayan banyak sementara karena suhu udara di kampung kami cukup dingin sekali maka mandi adalah kegiatan yang bisa seminggu 2 kali kami lakukan yah bayangkan saja gimana dekilnya kami waktu itu. Maklum anak kampung yang kalau mau mandi kudu ke pancuran mata air yang jarangknya sekitar 2 km dari rumah. So Ibu Lenlah yang memberi kesadaran ke kami tidak hanya soal pelajaran tetapi juga kesadaran kebersihan diri.
Kedua setelah masuk SMP St. Klaus Kuwu, guru favorit saya guru kelas 1 SMP yaitu Sr. Philomena. Mengapa jadi favorit, karena ibu guru satu ini baik banget, halu, ngga pernah marah. Yang masih saya ingat sampai saat ini caranya mendorong kami supaya belajar yaitu ketika mata pelajaran beliau Siswa yang bisa menjawab pertanyaan dan nilai bagus di kelas akan diberikan hadiah. Kalau di pikir sekarang hadiahnya sih kecil, hanya balpoint tetapi masa itu, barang itu cukup berharga karena balpointnya yang rada mahalan dan tentu saja kebanggaan kalau bisa dapat. Nyatanya memang jarang yang mendapatkan hadiah balpoint tersebut he he. Saat ini saya menyadari untuk mengembangkan seseroang reward itu menjadi salah satu hal yang juga dapat mendorong untuk belajar dan maju.
Guru berikutnya adalah dosen saya di semester pertama di bangku kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dia adalah Romo Priyono. Romo Pri lah orang pertama yang memperkenalkan ilmu psikologi ke saya dengan mata kuliah Psikologi umumnya. Satu hal yang tidak dapat saya lupakan dari Dosen satu ini, senyumnya yang khas dan saat mengajar tidak pernah marah. Kelakuan kami yang kadang menyebalkan di kelas ditanggapinya dengan senyum. Hal ini membuat saya bersemangat saat mengikuti mata kuliah romo Pri. Salah satu tantangan Romo Pri yang masih saya ingat ketika di dekat kampus ada orang gila lalu bertemu kami dengan Romo bersamaan orang gila tersebut lewat lalu romo Pri menyampaikan kalau kami bisa menyembuhkan orang gila itu maka kami bisa langsung lulus he he. Romo menyampaikan dengan guyonan tetapi hal ini cukup memicu saya untuk belajar tentang psikologi klinis bahkan sempat mendalami kasus yang berhubungan dengan klinis dan tertarik kearah klinis namun pada akhirnya saya terjun ke Psikologi organisasi. Satu hal yang saya dapatkan dari Guru saya ini mendorong orang lain untuk maju dengan memberi tantangan dan tentu saja selalu positif dalam segala hal.
Terima kasih untuk semua guru-guru yang sudah berjasa untuk hidup saya. Secara khusus terima kasih Bu Len, Suster Philomena dan Romo Priyono. Hanya doa yang bisa saya berikan agar diberikan kesehatan dan tetaplah mengembangkan insan-insan lain di dunia ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment