Minggu tanggal 27 Desember 2010 menghadiri misa di Kramat, saya tertarik dengan kotbah khusus untuk para lansia oleh Romo. Hal ini mengingatkan ku dengan ayahku sendiri. Ide yang diambil oleh romo adalah dari sebuah tulisan di mobil tua yang dilihat di jalan, dibelakang mobil itu tertulis “Tua Yes Renta No”.
Dalam perbendaharaan bahasa Indonesia kata tua banyak berhubungan dengan usia fisik, jadi satuannya selalu hari, bulan, tahun atau juga berhubungan waktu. Sedangkan renta menunjuk pada pengertian yang lebih psikologis.
Jadi boleh saja dari sisi usia tua tetapi tidak renta dan tetap berguna buat orang lain disekitarnya serta tidak membebani. Jadi ingat penjelasan financial planner yang menjelaskan asuransi minggu kemarin. Dia menjelasakn ada 3 resiko yang diperhitungakan dalam asuransi yaitu usia terlalu pendek, setengah hidup dan hidup terlalu lama. Mengapa hidup terlalu lama alias tua masuk kategori ini? Usia terlalu lama akan membebani orang lain karena renta tidak bisa apa-apa lagi.
Saya ingat ayahku selama mendengar kotbah ini dan sambil membaca teks bacaaan pertama dari Sirakh yang mendasari kotbah ini dan saya tergugah dengan isinya. Ayahku diusianya yang seharusnya sudah memasuki usia pensiun menikah lagi setelah ibu kami meninggal 2 tahun lalu. Secara fisik memang masih terlihat segar dan aktif bekerja. Mungkin dia merasa akan lebih berguna apabila dia menikah lagi. Saya dulu sempat kesal dengan keputusan yang diambil ayah saya, namun semakin kesini saya semakin paham dengan keputusannya. Betapa tidak semakin tua nantinya dia semakin renta sementara anak-anaknya sibuk dengan keluarga masing-masing terus siapa yang akan peduli lagi seperti ibu kami memperhatikan dia.
Saya mengutip dari sirakh :
Anakku, tolonglah bapamu pada masa tuanya, dan jangan menyakiti hatinya dimasa hidupnya. Kalau akalnya sudah berkurang, hendaklah kau maafkan, jangan menistakan dia sewaktu engakau masih berjaya. Kebaikan yang ditujukan kepada bapa tidak akan terlupakan; sebaliknya akan dibilang sebagai pemulihan segala dosamu (Sirakh 3 : 12-14)
Saya melihat berbagai pemandangan yang menyedihkan mengenai orang tua disekitar, misalnya setiap kali makan siang saya selalu bertemu dengan pengemis tua yang ada di tempat makan, menyodorkan kresek itemnya dengan wajah memelas. Mungkin tidak ada cara lain atau mungkin dia masih merasa berguna dengan mengemis karena baginya itu bekerja meskipun dengan mengemis. Masih ada cerita lain dimana banyak orang tua yang sudah renta dititipka ke pantry jompo oleh keluarganya karena kalau di rumah memberatkan dan merepotkan.
Maka layaklah kita hargai orang tua yang dengan kesadarannya sendiri masih aktif beraktivitas di lingkungannya atau mungkin jadi MC alias momong cucu. Hmmm saya ingat salah satu peserta Indonesian Got Talent dari Medan yang dengan PD tampil dengan senam kesegaran jasmani di panggung meskipun pendengarannya sudah agak terganggu tetapi semangatnya untuk mendorong orang disekitarnya berolahraga patut diajungin jempol.
Akhir tahun ini saya mencoba untuk berdamai dengan diriku sendiri untuk lebih lapang menerima keadaan ayahku mungkin dengan cara seperti ini menjadi lebih sehat dan tetap berguna buat orang lain disekitarnya khususnya kepada kami anak, cucu dan tentu saja kepada keluarga barunya.
No comments:
Post a Comment