Siang ini setelah balik makan siang, saya kaget melihat begitu banyak orang berkerumun di depan pagar kantor. Memang sih setiap hari jumat depan kantor selalu ramai karena orang menghadiri sembayang jumat. Tetapi hari ini agak lain karena gerombolan ini berpenampilan beda dengan orang-orang disekitar. Mereka terlihat dekil, lusush dengan wajah yang terlihat letih dan penuh guratan keras seperti sudah melewati perjalanan hidup yang berat.
Setelah masuk area kantor saya coba bertanya pada security yang sedang berjaga, Security itu menjelaskan bahwa rombongan itu adalah gepeng/gelandangan yang hidup dari stasiun ke stasiun dan hari ini mereka datang untuk antre sumbangan di masjid Cut Nyak Dien seperti biasanya. Saya kog ngga pernah melihat sebanyak ini jumat sebelumnya? Lalu Security inipun menjelaskan bahwa memang hari ini lebih banyak karena penyumbang terbesar masjid hari ini datang sembayang di situ dan biasanya Setelah sembayang jumat dia membagikan sesuatu kepada para gepeng ini. Oh memang ada gula ada semut dan begitu juga dengan gerombolan gepeng ini ternyata gulanya ada disini sedang bersembayangan. Hmmm mulai sekali hatimu pak, disela-sela rutinitas masih menyisahkan waktu untuk bernbagi. Saya mengenal tokoh ini karena merupakan salah satu kerabat dari mantan penguasa negeri ini meski tidak pernah menjadi pejabat tetapi lebih banyak bergerak dalam bidang pendidikan.
Oh begitu tho, saya kembali melihat rombongan tadi, dan Sambil berpikir kog mereka bisa tahu yah kalau hari ini ada tokoh dermawan di sini. Saya jadi teringat dengan film Slumdog Millioner, betapa rombongan seperti ini di drop oleh orang tertentu dan nanti Setelah itu mereka minta jatah dari para gelandangan.
Apakah para Gepeng di depan pagar itu juga seperti gambaran dalam film tersebut? Pikirian berkecauk apakah mereka memang dikoordinir? Karena informasi begitu cepat sampai ketelinga mereka kalau ada derwawan di masjid. Rombongan yang terdiri dari laki-laki, perempuan yang terlihat masih muda dan cukup produktif saya kira kecuali penampilannya yang lusuh, usia mereka berkisar diantara 20 – 40 tahun. Duh kasian banget yah hidup hanya mengandalkan kasihani orang lain.
Saya semakin terenyuh Ketika tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya membuat mereka berlari berhamburan, bingung mau meneduh dimana, sementara disekitar itu gedung perkantoran semuanya berpagar. Akhirnya mereka lari ke halaman kantor ku. Saya terus memperhatikan mereka dan ketika sembayang jumat sudah selsai satu persatu Gepeng ini menuju masjid.
Jakarta oh Jakarta, begitu kontras pemadangan hari ini, Penampilan para Gepeng terlihat menonjol ditengah para Karyawan yang berpenampilan necis. Mereka seperti orang asing yang aneh. Saya pun hanya bisa melihat terenyuh karena tidak dapat Berbuat apa-apa.
Inilah sisi lain dari kehidupan Ibu kota negara kita.
No comments:
Post a Comment