Friday, July 30, 2010

Jakarta oh Jakarta ( Part 2 )

Sore ini balik dari kantor melalui jalan Sudirman, tumben neh dari depan Sarinah jam segini macet banget khan masih 3 in one, biasanya juga jalan ini lancar banget sehingga masih dapat menikmati kesibukan para pekerja kantoran Sudirman di sepanjang trotoar jalan. Saya menduga mungkin ada demo di depan Bundaran HI.

Ditengah kamacetan dan padatnya kendaraan dan motor yang sradak sruduk mencari celah di antara mobil ada pengendara motor yang mengambil jalan di trotoar untuk di lewati. Disepanjang troatar sore begini begitu banyak Karyawan yang berjalan dari yang berjalan bergerombol, sendiri maupun berdua sambil bergandengan tangan. Nah tiba-tiba di depan Plaza Permata sebuah motor menyenggol sepasang muda mudi yang sedang berjalan santai di trotoar. Sang pria yang disenggol langsung mengamuk dan membentak “Sialan loe, tau ngga, ini Trotoar buat pejalan kaki, loe buta yah, dasar ngga tau jalan” sambil membentak dia mengguncangkan motor yang ada disampingnya sementara sang cewek hanya bisa memegang lengan cowoknya. Pengendara motor juga mulai tersulut amarahnya, dia menghentikan motornya, mengeluarkan helm dan berdiri di samping motor tanpa bersuara tetapi dari gesture waspada. Sang cowok pejalan kaki masih marah dan begitu tidak terkendali kemarahannya sehingga dengan nada yang tinggi masih berteriak “loe tau ini trotoar masih juga maksa jalan tanpa memperhatikan pejalan kaki, loe mau dipukul huh!!!, atau mau mukul hayo”, sambil mendekati pengendara motor dan tangan tetap mengguncang motor. Cewek yang membonceng motor mulai kelihatan ketakutan sedangkan sang cewek pejalan kaki juga mulai minta temannya supaya tidak memperpanjang masalah dan ngga usah marah, namun karena saking marahnya dia tetap mendekat dan berusaha memukul pengendara motor dan pengendara motor juga akhirnya mulai emosi dan mulai meladeni untuk berantem. Orang-orang disekitarnya mulai bergabung dan melerai mereka dan berusaha menahan keduanya supaya tidak berantem. Cowok pejalan kaki tetap dengan kemarahannya dan tetap mencoba melewati beberapa orang yang menahannya dan loncat sambil berteriak “loe mau berantem hayo, mau mukul gue hayo”. Tiba-tiba kondektur kopaja dijalanan mulai berteriak “hayo pukul saja, berantem saja jadi ramai”.



Sambil jalan dan berbelok kearah Proklamasi, saya membayangkan situasi tadi, mengapa pejalan kaki yang disenggol begitu marahnya yah sampai dia tidak mampu mengendalikan emosinya? Kalau pengendara sepeda motor memang salah berjalan di trotoar karena secara umum trotoar toh khusus pejalan kaki. Fokus saya tetap kepada pejalan kaki yang mengamuk, hmmm apakah memang dia temperamen? Atau mungkin saat berjalan itu dia sedang berselisih paham dengan wanita disebelahnya atau sedang aa masalah pribadi sehingga hanya dengan pemicu senggolan motor kemarahn yang disimpan dalam hati di alihkan kepada pengendara motor? Analisisku begini kalau dia marah kepada pengendara motor maka itu wajar khan karena memang pengendara motor salah dan dia berharap pengendara motor minta maaf dan hal ini merupakan harapannya rasa marahnya terlampiaskan.

Saat kita marah otak memblok mengenai dampak dari kemarahannya apalagi kalau orang yang ada didepan juga memperlihatkan sikap waspada dan ditambah dengan situasi social sekitar yaitu provokasi dari kenek bus yang berteriak sehingga meningkatkan kemarahan orang tersebut. Inilah yang mungkin disarankan oleh ahli Emotional Intelligence yaitu saat anda sedang dalam emosi negative yang tinggi tarik napas selama 7 detik saja maka emosi anda akan mereda.

Inilah warna dan wajah Jakarta yang kutonton hari ini.

Jakarta oh Jakarta
29 Juli 2010

No comments: