Friday, October 22, 2010

Keragaman Hidup

Siang ini begitu terik, matahari sedang senang memperlihatkan kekuatannya melalui sinarnya yang terang sampai awanpun enggan menghalangi.

Saya keluar dari kantor  mencari makan siang sendiri karena rekan-rekan pada sholat jumat. Kebetulan  kantorku ini dekat dengan Stasiun Gondangdia sekitar 100 meter berjalan kaki dari kantor dan disana beragam makanan tersedia.

Saya memasuki area lantai dasar stasiun, bau makanan dan lalu lalang orang dan penjual makanan bercampur. Ditenda-tenda tersaji beragam makanan dari gorengan kue, roti, sampai berbagai jenis makanan Indonesia. Saya berencana makan siang di warung Ayam goreng yang menurutku lumayan enak, beberapa kali saya makan di warung itu dan cocok dengan lidahku ini.

Saat memasuki bagian dalam tempat makan ini  mataku terpaku pada pemandangan seorang Ibu muda yang berperwakan lumayan besar sedang memarahi putrinya yang mungkin berumur 3-4 tahun. Kelihatannya sang ibu marah dan kesal  sekali terhadap putrinya  terlihat dari teriakan sang  ibu yang begitu kencang, tidak puas hanya dengan berteriak kemudian dia memukul punggung putrinya dengan keras menggunakan tangannya yang besar. Wadoooh tega sekali ibu ini. Sang anak sambil menahan rasa sakit dan dalam kondisi ketakutan lalu lari mengambil sandalnya.

Oh ternyata sang ibu marah karena anaknya meninggalkan sandal di jalan, mungkin sang ibu takut sandalnya hilang. Sambil berjalan ketempat makan yang saya tuju  saya merenung, pantaskah sang ibu memukul anaknya hanya karena  meninggalkan sandalnya  atau mungkin dia punya masalah lalu dilampiaskan ke anaknya? Padahal sandal itu bukanlah barang yang  mahal menurutku.

Saya sedikit terenyuh dengan kejadian tadi,  anak sekecil itu sudah mendapatkan perlakuan yang keras padahal masih begitu muda dan saya saat makan saya masih saja membayangkan ibu yang begitu emosional  tadi dan cara memperlakukan anaknya yang sangat berlebihan.

Kehidupan di tempat ini memang keras diantara beragam orang kantoran seputaran area ini yang sedang  makan,  berkeliaran juga anak-anak yang menawarkan jasa semir sepatu. Anak-anak yang seharusnya masih SD harus berjuang mendapatkan uang untuk biaya hidupnya. Sementara anak seumuran siswa SMP-SMU dengan suara yang fals dan alat musik seadanya ngamen, lalu yang usianya 20-an - 40-an tahun menjadi tukang ojek dan ada juga yang sudah kakek, nenek membawa plastik kantong hitam yang terbuka dibagian atasnya berkeliling memohon rasa iba /mengemis.

Kehidupan di bawah stasiun ini memang sangat kontras, diseputaran berdiri perkantoran mewah dan para Karyawannya berkumpul, bergurau diantara makan siangnya tentu saja dengan penampilan yang bersih, wangi lalu diseputaran mereka berseliweran juga kehidupan anak-anak yang berusaha mencari makan dengan mengandalkan kemampuan terbatas yang mereka miliki.

Sambil makan saya melihat sekeliling, silih berganti pengamen datang, anak-anak menawarkan semir dan kakek/nenek mendekat membawa kantong plastik. Tempat yang  ramai saat makan siang ini menjadi riuh dengan suara pengamen dan gelak tawa Karyawan yang sedang makan.

Selesai makan saya langsung ke area masjid Cut Meutia dan berbaur dengan keramiaian pasar tumpah yang ada setiap hari jumat.

Jakarta, 22 Oktober 2010

Tuesday, October 19, 2010

Feel The Job

Bagaimana cara anda mengetahui secara pasti pekerjaan orang lain, baik deskripsi pekerjaan, lingkungan dan mungkin juga perasaan yang ada saat orang tersebut melaksanakan pekerjaannya. Anda yang bergerak di bidang HRD pasti pintar menjawab hal ini, yah dengan melakukan Job Evaluation, membaca Job Deskripsi, melakukan interview dengan pelaksana dalam pekerjaan tersebut atau orang memahami pekerjaan tersebut misalnya atasan akan membantu memberikan gambaran yang jelas mengenai pekerjaan itu.

Banyak cara yang dapat dilakukan namun apabila kita ingin benar-benar memahami pekerjaan tersebut salah satu proses yang menurutku paling efektif adalah dengan ikut berkecimpung dalam pekerjaan itu sendiri atau melakukan pekerjaan tersebut meskipun tidak secara total dan keseluruhan namun dengan mencoba melakukannya kita bias lebih memahami pekerjaannya dan berempati dengan pelaksananya.

Itulah yang kulakukan beberapa hari ini, sebagai orang yang berlatar belakang HR dan belum pernah mendalami dan menjadi tenaga penjual maka langkah yang kulakukan untuk memahami pekerjaan mereka ada;lah dengan melakukan joint visit bersama dengan para Salesman, Sales Supervisor dan melakukan proses penjualan.

Haruskah itu dilakukan? Masih banyak cara lain kog selain terjuni ke lapangan, buang waktu saja.
Saya merasakan manfaat dari join visit yang kulakukan, dalam waktu yang singkat saya langsung memahami bagaimana berada dalam posisi sebagai Sales atau Sales Supervisor. Tentu saja saya merasa dekat denan dunia penjualan dan dari sinilah saya bisa langsung melakukan Sales Coaching minimal saya mendorong mereka, memotivasi mereka untuk melakukan proses penjualan dengan mengurangi rasa sungkan atau ragu-ragu saat bertransaksi.

Momok yang paling menakutkan bagi mereka ketika memulai suatu proses dan ketakuta untuk ditolak oleh pemilik outlet dan disinilah rasa menjadi tertantang untuk ikut melakukan proses penjualan sehingga merasakan juga apa yang dirasakan oleh para tenaga penjual ini.

Proses ini membuat saya menjadi paham apa saja yang masih perlu ditingkatkan dari para Sales atau Sales Supervisor ini. Saya dapat menyusun program training yang sesuai untuk mendorong dan meningkatkan kemampuan para mereka secara spesifik sesuai dengan keadaan masing-masing Salesman.