Tuesday, February 9, 2010

Sincere Caring

Seorang Bapak mendapat undangan menghadiri pernikahan anak direktur perusahaan dimana dia bekerja. Saking senangnya mendapatkan undangan tersebut Bapak tadi pulang lebih awal dan membeli celana baru sehingga dapat lebih layak pergi ke resepsi itu. Sesampainya dirumah hari sudah malam, Bapak tadi kemudian mencoba celananya dan ternyata kepanjangan 10 cm. Dia kemudian mendekati istrinya dan meminta agar istrinya memtong celana tersebut namun istrinya menyampaikan “Pak saya seharian kerja mebereskan pekerjaan rumah, cuci, setrika, ngepel, saya capek saya mau istirahat lebih awal. Bapak tadi kemudian menemui anaknya yang masih SMA dan anaknya menyampaikan “Pah, saya sedang belajar nih, besok ada kuis jadi maaf yah ngga bisa bantu. Bapak tadi kemudian menemui anaknya yang masih SMP untuk meminta hal yang sama dan anak bungsunya menjawab “Pa saya lagi bayak PR 2 mata pelajarn dan satupun saya belum menyelesaikannya, jadi saya ngga bisa moto0ngin celana papa malam ini. Karena capek Bapak tersebut akhirnya meletakan celana ini diatas meja tamu dan kemudian tidur. Tengah malam dia terbangun dan langsung ingat celana panjangnya belum dipotong dia kemudian mengambil gunting kemudian memotong celana dan setelah itu tidur kembali. Sejam kemudian istrinya terbangun dan ingat dengan permintaan suaminya dan merasa menyesal menolak permintaan suaminya, ia lalu mencari celana tersebut dan kemudia memotongnya kemudian kembali tidur. Anak pertamanya dan melakukan hal yang sama begitu juga anak bungsunya. Paginya sang bapak bangun dan langsung mandi untuk segera menghadiri acara dan saat itu istri ke Pasar dan anaknya sudah ke sekolah. Saat dia mengambil celananya sang Bapak tercengang celana panjang barunya sudah terpotong 40 cm dan sekarang tergantung seperti celana tiga perempat. Sang Bapak tersenyum dan kemudian tertawa terbahak-bahan melihat celananya kemudian dia ganti celana lain untuk dipakai ke acara resepsi ( Sumber milis Lonto Leok).

Cerita ini menginspirasi kita mengenai peran “Perhatian yang tulus” kepada seseorang yang dekat dengan kita atau memperhatikan dengan seksama pekerjaan kita. Kita sudah merasa memberi perhatian kepada orang lain namun kadang sambil lalu saja tanpa secara saksama memperhatikan apakah hal ini sudah sesuai seperti yang diinginkan oleh orang lain atau tidak. Apabila kita Kembali ke cerita inspirasi di atas situasi ini sering kali kita alami di tempat kerja juga, kita melaksanakan pekerjaan asal-asalan tanpa melihat keselurahan proses, dan tanpa melakukan pengukuran dengan teliti namun karena menganggap sudah biasa dilakukan setiap hari menjadi kurang tanggap tanpa mengecek lagi apakah hasilnya sudah sesuai dengan yang diinginkan.

Memberi perhatian kepada orang lain disekitar kita dengan tulus akan menghasilakn hubungan yang harmonis untuk saling menghargai satu sama lain dan memberi perhatian terhadap pekerjaan kita dengan dengan melakukannya dengan maksimal merupakan akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa baiknya terhadap perusahaan kita. Mari kita saling meperhatikan satu sama lain dan mulailah hari ini.(Stan W.)

No comments: