Thursday, June 24, 2010

SANG KULIT BUNDAR “MASUK SEMUA”

Add caption
Bentuknya bundar, diperebutkan banyak orang dan disaksikan berjuta juta pasang mata baik langsung maupun melalui perantara peralatan elektronik. Beragam bisnis yang menguntungkan bersumber dari benda bundar itu. Tahun ini di bulan Juni - Juli semakin banyak orang menyaksikan benda bundar ini di oper kesana kemari. Yah dialah bola dan keseluruhan permainan ini dinamakan sepak bola, bola kaki, football, soccer. Dimana –mana orang membahas jalannya pertandingan sampai hasil pertandingan dari memuji pemain tertentu sampai memaki-maki pemain yang bermain jelek, pelatih dan tim yang buruk..

Apa menariknya pertandingan ini? Saya masih ingat guru Geografi saya waktu SMA menyampaikan keheranannya terhadap murid atau orang yang menyukai permainan sepak bola. Dia menyampaikan begini ”saya heran mengapa satu bola bisa diperebutkan banyak orang, padahal masih banyak bola lain yang bisa dibawa kelapangan, seperti orang gila saja.” Saya masih ingat perkataanya ini karena menjadi perdebatan di kelas mengenai pernyataan guru kami itu. Yah tetap saja sepak bola tetap menjadi olahraga favorit di di sekolah kami sampai lapangannya saja 2, satu untuk SMP dan satu untuk SMA.

Saya jadi berpikir juga bertanya apa menariknya Sepak bola? Saya bukanlah penggemar berat sepak bola, saya memilih-milih pertandingan kalau menonton. Saya menyukai pertandingan sepak bola entah langsung atau di TV kalau ditonton dari tempat yang agak tinggi atau kalau di tv yah syuting dari atas jadi kelihatan keseluruhan tims, kelihatan bagaimana strategi, kerjasama, pergerakan dan kecepatan pemain dalam memainkan si kulit bundar ini. Begitu banyak orang mendapatkan keuntungan dari pertandingan bola dan banyak orang bergantung pada peristiwa akbar ini. Saya jadi ingat cerita lucu tentang pertandingan sepak bola yang diceritakan ayah teman saya waktu masih muda. Cerita ini saya sampaikan untuk meramaikan euforia perhelatan world cup dengan cerita berikut ini :

Alkisah dalam rangka perayakan ulang tahun RI diselenggarakan pertandingan antar desa di Kecamatan Ruteng di Cancar. Saat ini pertandingan semifinal antara 2 desa yaitu Cumbi dan Wae Lelak. Penonton membludak dan karena lapangan stadium dalam pertandingan ini merupakan kelas kecamatan, maka tidak ada kursi untuk duduk kecuali yang rumahnya dekat lapangan membawa kursi dari rumah masing-masing. Penonton menyaksikan pertandingan dari pinggir lapangan kira-kira 10 cm dari garis pembatas lapangan. Pertandingan berjalan sangat ketat dan seru. Wasit cukup repot mengatur para pemain karena semakin lama semakin panas suasana di lapangan. Di luar lapangapun suasana juga mulai panas. Penjaga garis memiliki tugas tambahan menghalau para penonton yang berdiri melewati garis lapangan pertandingan. Situasi ini semakin lama semakin menyulitkan penjaga garis untuk melaksanakan tugasnya dengan baik karena pandangannya dihadang penonton yang beridir melewati garis. Babak pertama pertandingan ini masih sama kuat, skor tetap 0 : 0.

Memasuki babak kedua semakin panas, pemain saling sruduk, kartu kuning sudah keluar beberapa, penonton juga semakin panas dan penjaga garis semakin kewalahan menghalau penonton yang meringsek masuk melewati garis batas lapangan pertandingan(kayak ternak aja yah ). Sekeliling lapangan penuh dengan penonton dan spenonton yang berdiri melewati garis semakin meluas bukan hanya di sisi kiri, atau kanan lapangan tetapi samping kiri dan kanan gawang juga penonton mulai berdiri melewati garis batas, tentu saja dengan badan yang agak condong ke depan dan teriakan yang menggelegar mendorong pemainnya untuk membuat gol plus mengolok-olok pemain dari pihak lawan yang memasuki area tim yang didukungnya.

Memasuki menit ke 75 salah seorang pemain dari Desa Cumbi mendapat bola hasil umpan dari rekanya. Pemain tersebut kemudian mengocek sebentar di depan gawang lalu menendangnya dan apa yang terjadi saudara-saudara!!! Sepatu sebelah kanan pemain dan bola mengarah ke gawang. Penjaga gawang kewalahan menangkap bola dan pada saat bola berhasil ditangkap sepatu menyusul dan penjaga gawang menghindari sepatu dan berlari kedalam gawang. Kejadian ini berlangsung dalam beberapa detik dan Wasit kemudian meniup pluit tanda gol. Pemain dari Cumbi yang menendang bola tadi langsung loncat kegirangan merayakan golnya begitu juga pemain lainnya mengangkat pemain tersebut. Tiba-tiba Kapten dari Wae Lelak dan pemain lainnya serta penjaga gawang mendatangi wasit untuk mengajukan protes karena bola dinyatakan gol, sedangkan kenyataanya yang mereka lihat bola berhasil di tangkap oleh Penjaga gawang. Wasit menjelaskan kepada pemain tersebut bahwa memang berhasil ditangkap namun ssetelahnya penjaga gawang membawa bola ke dalam gawang dan hal ini membuatnya jadi gol. Keputusannya tetap menyatakan bola tadi gol.

Suasana semakin rame karena masing-masing tetap ngotot. Pemain yang menendang jadi ikut berdebat dengan pemain lawan. Dalam suasana yang panas tersebut tiba-tiba pemain yang membuat gol berteriak ke pemain lawan yang ngotot ”Masuk Semua”, tadi itu masuk semua”. Tiba-tiba penonton yang sudah panas langsung masuk lapangan permainan dan terjadilah tawuran antar suporter dan pemain yang ada di lapangan. Lapangan bukan lagi jadi tempat pertandingan bola tetapi jadi arena tawuran. Saking ramenya tidak dapat lagi dibedakan mana lawan yang mana teman, asal tendang, jotos sekenanya.

Setelah polisi turun tangan akhirnya tawuran berhenti dan Pihak Kepolisian mengusut siapa yang menyulut perkelahian itu. Hasil penyelidikan mengarah kepada pemain yang membuat gol karena berteriak ”Masuk semua” sehingga penonton terprovokasi dan memasuki lapangan. Setelah dilakukan interogasi pemain tadi menyampaikan bahwa dia tidak menyulut tawuran. Saat dia berteriak tadi maksudnya adalah untuk menegaskan kepada pemain lawan bahwa sepatu dan bolanya masuk ke gawang semuanya, penonton saja yang yang merasa bahwa kata-kata itu memanggil mereka supaya masuk lapangan. Setelah dikonfirmasi ke pemain lawan, pemain tersebut juga sepakat bahwa yang dimaksud tadi adalah sepatu dan bolanya masuk ke gawang semua namun karena penonton terlanjur panas yang didengar hanya kata-kata masuk semua dan karena suara pemainnya keras penonton merasa dipanggil dan pada saat kejadian itu posisi penonton juga sudah jauh melewati garis batas sehingga pertengkaran pemainpun jadi terdengar jelas.

Hahahahahaha

Selamat menikmati world cup, enjoy that game, jangan berjudi lho, teriak boleh asal jangan mengganggu tetangga, tetapi kalau memang punya bakat teriak mari nonton bareng di kafe atau tempat yang menyediakan nonton bareng dan kalau ngga ada budgetnya datangi pos ronda terdekat nonton bareng hansip hehehehe.

4 comments:

fransiskus firman said...

Khas manggarai...pertandingan sepakbola kl ga ada tawuran terasa hambar..nilai sportifitas sgt rendah..bahkan terbawa smpe ke timnas..atau klub2 di indonesia...pokoknya indonesia,bumbu penyedap saat main bola adalh tawuran...pahit dan pedas rasanya...dan ga ada hasilnya..setiap perhelatan piala dunia hny jd penonton..
Guru Geografi itu pasti Pak Alo H...alias Emad Kundus...hehehe..ka'e dia sangat alergi dgn sepak bola..

Nara-Momang said...

Kraeng Firman@ tks Comment-nya. Memang sangat khas manggarai, dan Guru yang dimaksud tepat sekali hehehe. Sportivitas dalam olahraga memang menjadi isu yang harus terus digalakan apalagi di indonesia. Jangan lupa baca postingan yang lain juga kraeng e

fransiskus firman said...

iyo kraeng..aq juga mengundang ite u sekali2 kl ada waktu mampir di blog ku..reme belajar e kae...tulis seadanya.hehehe...

Nara-Momang said...

Saya sempat membuka blog dite, rangkaian tulisan tentang keputusan besar yang kraeng ambil menggugah saya karena sayapun pernah mengalami, istri saya khsususnya jd Januari kemarin kami mengembalikan uang bantuan pendidikan ke salah satu BKD di Manggarai karena akami menolak ikatan dinas.