Sunday, August 29, 2010

Apa Intensimu?


Sekarang lagi musim orang mempertontonkan kabaikan hati dengan berbagi terhadap sesama. Benar bahwa bulan ini adalah bulan penuh berkah. So banyak orang yang menumpuk kebaikan supaya diberkahi  trus  orang-orang yang di beri berkah dapat apa yah? Gambaran menggelitik kalau kita nonton sinetron "Islam KTP",  adasatu tokoh dalam tayangan ini yang kemana-mana membawa buku catatan untuk mencatat kebaikan yang dilakukannya. tujuannya supaya dapat berkah. Gambarannya menarik dan lucu plus lugu hehehe. Gambaran inilah yang banyak ditayangkan infotainment akhir-akhir ini  si artis ini /itu bersedekah dengan membagi makanan sahur kepada anak yatim tentu saja pada saat melakukannya kamera TV ada dimana-mana. Tentu saja orang yang nonton wah artis/actor ini baik banget punya jiwa sosial. Pertanyaannya apa sih "intensi" mereka? Tentu saja kebaikan, menolong sesama, nah pernah ngga terpikirkan mengapa hanya bulan ini saja mereka melakukannya? Terjadi inkonsistensi dong yah!!??
 
Pernah mendengar kata “Intensi”, Dalam keseharian hidupku kata intensi agak jarang digunakan. Saya jadi tertarik untuk menalaah kata intensi dalam penggunaannya dibeberapa hal yang  bersinggungan dengan pengalaman hidupku sendiri.

hmm saya selalu mendengar kata itu setiap mengikuti misa. Dalam doa yang disampaikan secara umum semuanya menggunakan kata intensi tentu saja selalu diawali dengan kata intensi doa minggu ini adalah...... Mengapa dalam tradisi berdoa selalu menggunakan kata intensi?  Saya coba searching dan dapatlah penjelasan mengenai intention dari Catholik Enchyclopedia (http://www.newadvent.org/cathen/08069b.htm).  Intensi adalah Suatu tindakan  untuk mencapai suatu tujuan khusus dengan sarana tertentu. Nah mungkin dalam hal ini dao adalah sarana untuk mencapai intensi kita.

Dalam suatu teknik interview dengan Behavioral Event Interview intensi juga menjadi kata kunci. Saat interviewee menyampaikan suatu cerita mengenai kejadian spesifik yang diminta oleh interviewer maka untuk memastikan cerita tersebut mengandung kompetensi maka interviewer mengecek “intensi”nya. Intensi menjadi penentu untuk memastikan apakah cerita ini di coding sebagai kompetensi atau tidak. Saya memberikan contoh untuk ini, seorang sekretaris Direktur suatu perusahaan bekerja dengan baik sekali, pekerjaanya yang diberikan dikerjakannya selalu selali dengan hasil yang memuaskan . Semua Karyawan lain di bagian tersebut salut dengan performance yang diperlihatkannya namun pada  saat direkturnya pindah ke  anak perusahaan lain, Sekretaris itu mendapatkan atasan direktur baru. Setelah pergantian ini performance dari sekretaris ini tidak secemerlang sebelumnya. Banyak pekerjaanya tidak beres. Setelah di gali melalui BEI ternyata intensi sang sekretaris saat menjadi sekretaris Direktur sebelumnya bukan karena didorong oleh keingingan berprestasi karena totalitas dalam pekerjaannya tetapi lebih banyak karena dia jatuh cinta dengan Direkturnya yang anak pemilik perusahaan itu sehingga dia ingin memperlihatkan sesuatu yang baik di hadapan direkturnya namun saat ada pergantian direktur  dia menjadi tidak memiliki dorongan lagi untuk menunjukan performance-nya.  So intensi di gali untuk melihat konsistensi suatu tindakan apakah dalam berbagai situasi anda memiliki tindakan yang sama baiknya. 


Lalu apakah intensi  itu termasuk motivasi? Selama saya bersinggungan dengan hal ini intensi selalu saya hubungankan dengan niat karena apa yang ada dibalik tindakan dan menjadi tujuan kita merupakan intensi dan hal ini mendorong kita untuk melakukan sesuatu agar tujuan yang sudah kita tetapkan tercapai. Selaras dengan pengertian dari Wikipedia mengenai intensi yaitu suatu tindakan seseorang yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan spesifik yang sudah ditetapkan. Saya merasa intensi merupakan bagian dari motivasi. Saya coba rujuk  pada pengertian motivasi yaitu suatu dorongan seseorang untuk bertindak.
Intensi berawal dari kebutuhan yang kemudian  dari kebtuhan itu kita menentukan tujuan atau goal untuk memenuhi kebutuhan itu lalu dari sini muncullah intensinya dan dari intensi kemudian menjadi suatu tindakan. Kalau kita mengandaikan proses ini sebagai kulit bawang maka lapisan siung yang paling dalam adalah kebutuhan, kemudian kulit berikutnya adalah tujuan/goal,kulit berikutnya  intensi dan kulit yang paling luar adalah  tindakan kita. Seberapa dalam intensimu dan kekuatan niat untuk mencapainya akan menentukan keberhasilan mencapai dan memenuhi kebutuhan kita.

So apapun intensimu dalam melakukan suatu tindakan, biarlah itu menjadi kekuatan untuk mendorongmu melakukannya  dengan sungguh-sungguh sehingga menghasilkan sesuatu yang spesial di mata orang lain dan diri kamu sendiri.
Jakarta, 30 Agustus 2010

No comments: