Thursday, August 12, 2010

Pengemis/Gelandangan Berpuasa?

Pagi ini saat melewati jembatan di dekat perempatan Matraman, di tepi jembatan saya melihat seorang ibu gelandangan ( pengemis ) makan nasi bungkus dengan lahapnya. Dia begitu menikmati makanan itu sehingga tidak memperdulikan ramainya jalanan desekitarnya pagi ini. Ah apakah dia tidak puasa? Hush pikiran apa tuh Sten, apakah para pengemis, gelandanangan peduli dengan hal ini, dapat makan pagi saja mungkin merupakan hal mewah buat mereka apalagi harus melakukan sahur, mereka mendapatkan makanan dari mana? Toh mereka mungkin secara fisik sudah berpuasa selama ini dengan selalu menahan lapar dan haus (saya membatin).


Iya kalau mengikuti aturan puasa tentu saja secara fisik makan sahur dan baru makan lagi pas buka hal wajib yang harus diikuti, lha terus dari mana sumber makanan para pengemis dan gelandangan untuk sahur? Kalaupun ada orang yang membagikan makanan untuk saur lalu pagi selanjtunya apakah akan ada yang bermurah hati terus??? Sepanjang perjalanan saya membayangkan hal ini. Saya juga percaya ada yang berpuasa yang memiliki niat dan memiliki sumber makanan yang dibeli dari hasil kerja mereka.

Saat melewati Manggarai sekali lagi saya melihat di trotoar di bawah jembatan kereta ada beberapa ibu-ibu pengemis yang sambil menggendong anaknya yang tertidur lelap mengiba-iba minta belas kasihan dari orang-orang yang lewat. Hmm inilah gambaran Jakarta semakin banyak saja pengemis pas bulan ramadhan seperti ini. Mereka mengharapkan pemberian dari orang-orang yang ingin berbagi selama bulan penuh berkah ini.

Saya membayangkan sarapan pagiku tadi, betapa mewahnya dibandingkan dengan pemandangan ibu-ibu pengemis tadi. Saya sangat bersyukur untuk ini karena pagi ini mendapatkan insight lagi mengenai betapa kita harus bersyukur dengan keadaan kita karena masih banyak orang yang kekurangan di luar sana. Saya meneruskan perjalanan sambil mendengarkan Maria Shandy menyanyikan “Berkatmu yang telah Kuterima sempat membuatku terpesona, apa yang pernah kupikirkan itu yang Kau sediakan bagiku, Siapakah aku ini Tuhan, Jadi biji mata-Mu, dengan apakah ku balas Tuhan selain puji dan sembah Kau”.
Jakarta, 13 Agustus 2010

No comments: