Monday, August 2, 2010

Tips Memaafkan


Menurut kamu apa itu baik hati? Pertanyaan itu mengagetkanku saat  Pak Paul sebagai pemimpin kebaktian hari ini menanyakan hal tersebut kepada saya? Saya tergagap menjawabnya karena tidak mengira pertanyaan itu ditujukan ke saya. Diruangan yang kecil dan di hadiri 12 orang ini saya menjawab “Baik hati itu adalah cinta tanpa syarat, memberi tanpa syarat apapaun, saya memberi bukan "karena" tetapi saya memberi meskipun? ok kalau begitu mengapa kamu berbuat baik di mata Tuhan? “Supaya masuk surga Pak” saya langsung menimpali. Kalau begitu itu bukan berbuat baik yang tulus karena masih ada syaratnya, kamu tidak mempedulikan perbuatan baik tetapi yang kamu pedulikan adalah masuk surga , jadi perbuatan baikmu masih ada syaratnya. Saya langsung kaget dengan pernyataan tersebut.


Pak Paul kemudian melanjutkan “baik di mata Tuhan karena kita mencintai Tuhan sepenuhnya”. Lalu baik terhadap orang lain atau sesama? Pasti banyak banget syaratnya yah, misalnya karena ingin dihargai orang lain, ingin dibalas dengan cara yang sama. Kalau kamu berbuat baik terhadap musuhmu apalagi berkorban untuk musuhmu itu adalah kebaikan yang sebenarnya. Aha benar juga pak Paul. Beginilah kalau doktor psikologi menjadi pewarta, mencampurkan logika dengan iman dengan penjelasan yang masuk akal. Saya masih penasaran juga, gimana prakteknya pak? Susah banget lho memaafkan orang yang menyakiti kita apalagi berkorban terhadapnya wah secara manusiawi itu berat. Pak Paul kemudian melanjutkan penjelasannya dimana intinya mengampuni, memaafkan seseorang yang sudah menyakiti kita sangatlah berat tetapi justru itulah tantangannya. Teladan Yesus yang disalibkan tetap memberikan ampunan kepada orang yang sudah menyalibkan-Nya dengan perkataan “Ya Bapa Ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”, wow cinta yang penuh dan iklas.
Rekan, saya tidak ingin melanjutkan diskusi di atas yang saya ingin sharingkan adalah mengenai bagaimana tips mengampuni yang saya sarikan dari firman yang disampaikan oleh Pak Paul dalam kebaktian hari ini.
Ada 4 langkah memaafkan atau bertobat :
1.  Mengakui bahwa kita sudah melakukan suatu kesalahan. Mengakui kesalahan akan membuat kita lebih merasa lega dan dan secara psikologis menurunkan tingkat tekanan dalam diri kita. Secara psikologis saat kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani kita atau moral kita maka akan ada reaksi yang mengganggu. Misalnya kita menyakiti orang lain dan membencinya maka  bayangan orang itu akan terus menempel dan mengganggu kita. Kalau ketemu dengan orang tersebut kita akan merasa tertekan, pinginnya melampiaskan kebencian, mencoba menghindar dan membuang semua hal yang berhubungan dengan orang tersebut. Padahal belum tentu lho orang tersebut memiliki rasa yang sama maka yang menderita dan tertekan justru  kita, jadi kalau kita membenci orang lain yang teriksa bukan orang yang kita benci tetapi kita sendiri.

2.  Meminta maaf. Kalau kita sudah mengakui kesalahan kita maka belumlah cukup. Kalau kita bersalah kepada Tuhan maka minta maaflah kepada Tuhan melalui doa dan tentu saja tidak mengulang lagi dong. Kalau kita merasa bersalah kepada manusia maka minta maaflah kepada manusia. Kalau kamu membenci dan menyakiti temanmu, bawahanmu, atasanmu maka minta maaf lah kepadanya secara langsung dan bukan melalui doa. Biasanya beginilah yang kita lakukan “ah saya berdoa saja kepada Tuhan supaya saya diampuni karena sudah membuat teman saya, bawahan, atasan, orang yang kukasihi tersakiti, pasti Tuhan akan mengampuni kesalahan saya. Lho kita tuh bersalah kepada Tuhan atau kepada sesama kita yah??? Memang akhirnya kita menyakiti Tuhan karena menyakiti sesama tetapi itu khan secara tidak langsung tetapi secara langsung teman kita tetap tersakiti lho. Doa tidak menyelesaikan masalah  kalau kita tidak langsung meminta maaf. Banyak orang mengeluh, saya sudah berdoa untuk minta pengampunan atas kesalahanku terhadap rekan saya tetapi kog saya ngga merasa plong yah, nah saran sih minta maaf langsung pada orangnya.

3.  Menerima konsekwensi. Saat kita menyakiti orang lain dan minta maaf dan orang tersebut tidak menerima dan masih saja tidak menegurmu yah jangan salahkan temanmu itu, siapa suruh kamu menyakiti dia. Itulah konsekwensi dari perbuatanmu, kita tidak dapat mengubah dia agar menerima kita sama seperti sebelumnya. yang dapat  kita lakuakan adalah mencoba berdamai dengan diri sendiri untuk dapat menerima situasi orang tersebut atau lebih tepatnya kita mampu memiliki toleransi dengan situasi orang lain. Setiap perbuatan dan tindakanan kita memiliki konsekwensinya baik yang baik maupun yang buruk. Sebagai suatu sikap dari pilihan yang kita ambil maka segala konsekwensi dan resikonya kita yang tanggung dong.

4.  Terus berdoa. Dalam hal ini doa bukanlah untuk mengubah orang lain tetapi lebih banyak untuk kpentingan pribadi kita supaya kita lebih iklas menerima perbedaan orang lain, supaya kita lebih mampu bertoleransi. Doa tidak akan berhasil kalau orang yang kita doakan tidak mau berubah atau tidak merasa ada yang salah atau keliru dalam perilaku, cara berpikir dan sikapnya. So doa lebih banyak untuk memberikan kita kelegaan untuk menerima perbedaan diantara rekan, teman, bawahan dan atasan kita.

Rekan, hari ini saya mendapatkan insight baru dari renungan pak Paul. Renungan yang  menggugah dan agak sedikit berbeda dengan keyakinan pribadiku selama ini tentang mengampuni atau memberikan maaf kepada orang lain. Secara logika sih masuk akal kog dan praktek psikologi yang dipengaruhi oleh iman kita.
Jakarta, 30 Juli 2010

2 comments:

Anonymous said...

Kaki saya dan saya benar-benar mencintai membaca weblog ini disiapkan , aku hanya gatal untuk mengetahui apakah Anda perdagangan fitur posting? Aku selalu mencari seseorang untuk melakukan trading dengan dan hanya pikir saya mungkin bertanya.

Nara-Momang said...

Dears, saya membuat blog ini dari pengalaman sendiri dan saya tidak memperdagangkan isinya dan senang utk berbagi tetapi kalau ada yang menarik buat anda silakan hubungi email saya di : nara_cool2002@yahoo.com